Di malam ayang senyap aku merayu,
Pada langit luas kutulis rindu.
Surat ini bukan untuk dunia tahu,
Tapi untuk ayah dan ibu yang tak lagi di sisiku.
Tak sempat aku ucap terima kasih dulu,
Kini hanya bait dan doa yang bisa kupalu,
Dalam sunyi yang terus mengharu.

Surat Terakhir untuk Ayah dan Ibu

Ayah, Ibu…

Maafkan anakmu yang terlambat mencintai dengan sebenar-benarnya cinta.
Dulu aku sibuk tumbuh, mengejar dunia,
hingga lupa bahwa waktumu di sisiku tak selama yang kuduga.
Aku tak sempat bilang betapa kalian adalah seluruh hidupku.
Hari ini aku menulis surat ini dengan hati yang penuh sesal dan rindu.

Terima kasih karena telah mengajariku menjadi manusia.
Karena cinta kalian, aku mengenal kasih yang tak meminta kembali.
Karena kesabaran kalian, aku belajar berdiri meski jatuh berkali-kali.
Karena doa-doa kalian, aku masih berada di jalan-Nya,
meski langkahku sering tersesat oleh dunia.

Ayah…
Aku ingat genggaman tanganmu saat mengajariku melangkah,
dan aku tahu, doamu tak pernah lepas meski jarak kita semakin jauh.

Ibu…
Aku ingat pelukanmu yang selalu mendamaikan,
dan aku tahu, ridhomu lebih luas dari seluruh kesalahanku.
Kini kalian mungkin jauh dari pandanganku,
tapi tidak pernah jauh dari jiwaku.

Jika Allah izinkan satu pertemuan di surga,
aku tak minta istana atau kemuliaan…
cukup dipertemukan kembali denganmu,
agar semua yang belum selesai
dapat kutebus dengan peluk yang abadi.

Jika hidupku masih dalam restu,
Maka surat ini adalah bukti rindu.
Tak sempat kuucap cinta yang syahdu,
Tapi semoga sampai di langit-Mu.
Ayah dan ibu, tunggulah aku,
Di taman akhirat yang Engkau mahu,
Agar cinta ini kembali bersatu.